Kamis, 13 Desember 2007

Tidak ada alasan untuk takut

Seminggu ini suasana di kantor benar benar tidak kondusif. Bos besar senantiasa marah marah. Hampir semua dimarahi. Saya bilang hampir semua, karena Kasubag Umum, Kepala Seksi Perbendaharaan, pelaksana di umum sudah dimarahi tinggal seksi Vera dan Bendum  yang belum mendapat giliran.
Seperti biasa pagi ini aku dan anak buah melenggang masuk kantor jam setengah sembilan. Belum lama duduk di kursi, tiba tiba...Ting Tong! Bel dari ruangan kepala kantor berbunyi. Tidak lama kemudian sekretaris masuk ke ruanganku, mas Boedhi sama Aris dipanggil Bos.
Aku sama Aris hanya saling pandang penuh tanya.
"Yah...kayaknya giliran kita dimarahi nih Ris. Ayo, pakai sepatumu!. Mungkin dia mau marah masalah absen karena kita selalu datang siang."
"Iya neh" jawab Aris.
Kuintip di dalam ruangan si Bos sedang memberi ceramah kepada salah seorang pelaksana.
"Yah bener deh....bakal kena marah neh," dalam hati aku berkata.
Setelah kumantapkan diri, kuketuk pintu. Bapak panggil saya?
"Ehh iya Bud, sama si Aris sekalian!
Duduk dulu Bud, saya layani dulu si Akbar ini. Tamu khan harus dilayani. Akhirnya kami duduk di sofa sambil dengar dengar ceramah Bos kepada Akbar, pelaksana bagian umum. Saya lihat si Akbar pucat,  kepalanya nunduk, hanya bisa menjawab: ya pak....baik pak...ya pak. He he he, bener kata si Awin, dalam situasi seperti ini Akbar ini benar benar Tablo, Tampang Bloon!
Akhirnya setelah ceramah si Akbar selesai, Bos berkata:"sini Bud sama kamu Aris duduk disini!.
Lama si Bos diam sambil baca baca kertas faksimil.
Wah ada apa nih? Jangan jangan ada yang salah lagi dengan LKPPku, aku mencoba menerka.
Akhirnya kesunyian itu terpecahkan.
"Ini Bud, ada undangan rapat untuk kalian di Kendari. Undangannya untuk Kepala Seksi Vera dan satu operator, jadi kamu dan Aris tanggal 17 sampai dengan 19 Desember ke Kendari ikut rapat dengan AKLAP Kanwil XXV DJPBN. Nginap di hotel Imperial.
Plong rasa hatiku!
Kulirik si Aris cuman senyum senyum saja.
Akhirnya setelah dijelaskan apa apa yang harus dipersiapkan untuk bahan rapat, aku permisi untuk kembali ke ruangan.
Begitu sampai di ruangan serentak kami melompat sambil mengepalkan tangan ke udara. YESSSS!
Ternyata rasa takut kami sangat tidak beralasan, karena pekerjaan dapat dihandel dengan baik. Hanya perasaan bersalah sering datang telat membuat rasa takut kami timbul.


Yesss! Kendari I'm coming......soon.

From Raha
HaBeWe

Tak ada rotan akarpun jadi, tak dapat kakak adikpun jadi


Namanya Elsye Loisa Gultom, yah...istriku ini memang asli Sumatera Utara asli kelahiran Medan. Guwe ketemu dia waktu guwe dinas di KPPN Medan II tahun 1995. Waktu itu banyak yang temen kantor yang menentang waktu guwe putusin untuk pacaran dengan dia. Katanya ngapain kamu pacaran sama orang batak mending sama si A atau si B atau si C, mereka keturunan orang jawa. Waktu itu gw malas berdebat, guwe cuma jawab singkat ajahh:'kalo aku mau pacaran sama orang jawa, ngapain juga aku ambil cewek jawa di sini! Mending kuambil langsung dari Jawa sana!' Guwe memang rada emosi waktu itu karena hari gini orang masih mempermasalahkan suku. Padahal puluhan tahun silam (28-10-1928) pemuda pemudi telah berikrar bahwa kita satu tanah air, satu bangsa, satu bahasa....ceile....mentang mentang sejarah indonesia dapat 8!
Sumpeh dalam hal berteman apalagi dalam memilih pasangan hidup guwe sama sekali nggak mau didikte. Ini hak asasi guwe jadi jangan coba atur guwe untuk berteman dengan siapa. Bahkan mamah guwe sekalipun. Pernah sih sebelum guwe kenal sama orang batak ini, mamahku pernah menjodohkan aku dengan saudara sepupuku. Namanya Indah, orangnya benar benar seindah namanya. Cuantik luar biasa. Cantik, langsing, putih pokoknya bisa bikin loe loe semua terpana. Jujur, sampai detik ini guwe masih mengakui bahwa dia perempuan yang paling cantik yang pernah singgah di hati guwe. Waktu itu demi menghormati pilihan mamahku ku coba menjalin hubungan dengan sepupuku yang cantik ini. Anaknya cerdas, diajak bicara juga nyambung. Tadinya guwe yang males berhubungan karena masih terikat saudara jadi bener bener jatuh cinta sama dia. Sepupuku ini juga mengalami hal yang sama, yang tadinya juga males, mungkin karena tongkrongan guwe yang gak begitu meyakinkan, juga jadi bener bener jatuh cinta sama guwe. Hari hari kurajut dengan indahnya. Trus kenapa sampai guwe putus sama si Indah nan cuantik ini?
Ceritanya gini, waktu guwe penempatan di Medan, si Indah ini pernah diminta mamahku untuk menemani tinggal di Purworejo. Maksud mamahku dia pengen tahu bagaimana keseharian si Indah ini. Setelah hampir dua bulan dievaluasi oleh mamahku. Beliau tidak setuju kalo guwe terus berhubungan dengan si Indah ini. Kata beliau si Indah orangnya terlalu manja dan pemalas. Katanya guwe ndak bakalan nyaman hidup berumah tangga dengan Indah.
Duarrrrrrr!!!! seperti petir menyambar di siang bolong!! Restu orang tua yang senantiasa kudambakan telah dicabut. Guwe sudah coba meluluhkan hati mamahku untuk mau menerima si Indah apa adanya, toh yang bakal menjalani kehidupan adalah guwe. Mamahku cuman menjawab singkat:' kalo kamu mau melihat mamah menderita karena keputusanmu, silahkan lanjutkan hubunganmu. Mamah tetap merestui meski hati ini tidak rela.
Guwe cuman bisa terisak, cengeng amat yah...cengeng gundulmu itu!! Ini adalah persoalan tersulit selama hidup. Aku mesti memilih pilihan yang sama sama sulit. Ikut nasehat mama atau tetap ikuti kata hati menikah dengan Indah. Akhirnya dengan segala keputusasaanku gw bilang ke mamah guwe:' mah.....seandainya aku ikut nasehat mama, ada satu permintaanku. Pengganti Indah nanti sepenuhnya terserah aku. Mama tidak perlu ikut campur lagi. Dan mamaku setuju dengan perjanjian ini. Akhirnya putuslah kisah cintaku dengan Indah.
Kembali ke topik semula,
Guwe mau jujur sama kalian, sebenarnya setelah putus dengan si Indah, setelah sekian bulan tentunya, hati dan mata guwe kembali terbuka terhadap wanita. Dan wanita idaman itu tidaklah jauh dari kantor tempat guwe bekerja (KPPN dulu masih KPKN Medan II). Yah...rumah si dia ini di sekitar kantor. Setelah sekian lama gue baru sadar ternyata di sebelah kantor ada dua cewek besaudara yang cantik. Namanya Nety dan Elsye. Nety si kakak orangnya cantik, cerdas, putih, langsing hanya sedikit pendek menurut guwe. Sedang si adik namanya Elsye, cantik, cerdas, tinggi hanya sedikit lebih gelap jika dibanding kakaknya. Sama sama cerdas karena dua duanya kuliah di PTN terkenal di Sumatera Utara, Nety di USU sedang si adik adalah penerima beasiswa di IKIP Negeri Medan. Singkat cerita guwe naksir sama si Nety, dan sepertinya si Nety ini juga naksir ke guwe (bukan GR nih). Akhirnya kuberanikan diri menulis sepucuk surat (waktu itu belon ada HaPe untuk berkirim sms) yang intinya aku ingin mengenal lebih jauh tentang si nety, karena aku tahu waktu itu ia kuliah sastra inggris, kucoba menulis surat itu dalam bahasa inggris. Hari demi hari, minggu ke minggu kutunggu balasan namun tak kunjung datang jua. Kutanya pada the messenger apakah surat itu benar sampai ke dia, dia bilang sudah sampai dia sendiri yang menyerahkan langsung sama si Nety. Akhirnya guwe berkesimpulan Nety menolak ajakan pertemananku. Guwe jadi malu sendiri kalo jumpa dengan dia, ndak berani menegur. (cowok tipe doeloe, masih kampungan dan bego).
Yang nggak kusangka sangka justru aku mendapat surat dari adiknya si Elsye! Suratnya singkat padat. Betapa tidak satu lembar kertas surat Cuma berisikan kalimat:’mas, aku elsye, boleh kenalan nggak?
Yah cuman itu yang ditulisnya, tapi membuat aku berpikir seribu kali. Bagaimana ini, kubalas tidak yah. Malu aku sama kakaknya. Akhirnya setelah coba kurenung renung sambil membandingkan Nety dengan Elsye. Kuputuskan untuk menerima permintaan kenalan sang adik. Toh si adik juga cantik, lebih tinggi malah, sesuai cewek idealku cerdas, cantik, tinggi, hanya agak gelap. Hari hari perkenalanku dengan Adek demikian kupanggil Elsye akhirnya beruibah menjadi pacaran. Meski awalnya aku ditentang mamanya karena ….lagi lagi SUKU. Aku cuek saja yang penting bapaknya setuju. Bapaknya hanya kawatir kalo kalo agamaku beda. Setelah kubilang bahwa saya orang Kristen, tidak ada halangan sama sekali dari sang Bapak. Singkat cerita aku sudah diterima di keluarga itu, aku juga rajin apel setiap malam Minggu. Yang nggak kuperhatikan adalah sikap Nety yang agak aneh. Ini baru kuketahui belakangan. Hingga akhirnya rahasia itu terbongkar. Suatu malam karena bapaknya agak nggak enak badan aku dimintai tolong untuk menjemput Nety pulang kerja (setelah lulus USU Nety kerja di salah satu hotel berbintang di Medan yang kadang harus pulang malam kalo kena giliran shif malam). Dalam perjalanan pulang iseng kutanyakan kepada Nety:' kok sikap kamu agak aneh sama aku? Dia diam saja. Diam diam kuperhatikan, ada air mata mengalir di pipinya, 'loh….kamu menangis Net? Ah nggak! katanya. ‘Kalo ada masalah coba ceritakan siapa tahu aku bisa bantu,’ kataku. Lagi lagi:’ah..nggak kok’. Dia berusaha tersenyum. Kemudian diam lagi. Untuk memecahkan keheningan iseng aku bilang:’ tahu nggak Net, sebenarnya dulu itu aku naksir kamu loh, aku bahkan bikin surat dalam bahasa inggris buat kamu.” Yah aku juga tahu', jawabnya. ’ Lho? Kok nggak dibalas sih? Aku pikir kamu nggak mau sama aku, jadi waktu itu aku malu menegur kamu.
Katanya: ‘bisa berhenti sebentar nggak aku mau ngomong!’
Setelah menepikan Yamaha Force One kebanggaanku, kutanya :’ ada apa Net! Kulihat matanya berair lagi. Katanya:' kamu terlalu pengecut! Kalo kamu mau kenalan sama aku, kenapa waktu itu kamu gak main saja ke rumah. Tipa hari kutunggu kapan kamu main kerumah! Degg. Jantungku berhenti berdetak! Jadi? Kamu waktu itu tidak menolak aku?
"Tidak! Aku juga simpati sama kamu. Cuman kamu pengecut, hanya berani lewat surat, nggak berani kerumah. Makanya aku heran sama Elsye kok kamu berani main kerumah."
Duhhh, sungguh kupikir kamu nggak mau kenalan sama aku. Jadi waktu si Adek ngajak kenalan kuiyakan….eh, ternyata aku merasa cocok dengan adikmu, sehingga setelah sekian lama kami ketemuan di luar, aku beranikan diri main kerumahmu. Duhhh aku minta maaf Net! Bukan maksudku mempermainkan kamu.
Yah…aku juga nggak salahkan kamu kok Mungkin aku juga yang salah tidak berani membalas suratmu. Tidak berani mengutarakan isi hatiku. Tapi aku mau tanya sama kamu, sungguh sungguhkah kau sama adiku?
‘Iya Net, aku sayang sama adikmu. Tapi kalo gara gara aku kamu jadi benci sama si Adek, aku bersedia putus dan menjauh dari kehidupan kalian. Biar kalian rukun lagi.’
‘Ahhh jangan bukan itu maksudku.’ Aku hanya ingin mastiin kalo kamu nggak mempermainkan adiku karena pernah kecewa sama aku. Itu saja. Hanya si Elsye sering salah paham sama aku. Kalo kamu memang serius, kudoakan kalian berjodoh dan kamu meski bukan milikku kamu juga akan menjadi keluargaku.’
‘Ahhh jadi selama ini sikap anehmu itu karena kau merasa aku mempermainkan kamu dan adikmu? Tidak Net, aku serius sama Adek.
Semenjak kejadian itu, sikap aneh si Nety hilang, dan dia juga lebih akrab dengan Elsye pacarku itu.
Bukti janjiku pada Nety bahwa aku serius dengan adiknya adalah sampai hari ini, genap 10 tahun sepuluh hari aku hidup sebagai suami istri dengan adiknya. Yah Elsye Loisa Gultom, istriku yang telah memberiku hadiah paling indah dalam hidupku berupa dua anak anak yang manis.
Kalo teringat itu semua, aku hanya bisa tersenyum. Sepertinya pepatah tak ada rotan akarpun jadi berlaku bagiku. Tak dapat kakak adikpun jadi.
Nety terima kasih atas kebesaran hatimu.


From Raha
HaBeWe